Menurut
The WHO Task Force on Stroke and other Cerebrovascular Disorders
(1988), salah satu faktor risiko stroke iskemik adalah peningkatan kadar lemak
darah (kolesterol, trigliserida, LDL) (Gofir, 2009). Rekomendasi saat ini
adalah LDL kurang dari 100 mg/dl pada pasien yang pernah mengalami iskemik
serebral dan jika terdapat faktor risiko multiple, direkomendasikan LDL kurang
dari 70 mg/dl. Panduan American Heart Association (AHA) merekomendasikan bahwa
pasien stroke dengan kenaikan lipid maupun adanya bukti bahwa stroke berasal
dari aterosklerosis dapat diterapi dengan statin (Always dan John, 2009).
Statin selain dapat menurunkan kadar lipid, juga dapat menstabilkan aliran
darah dan memperlambat progresi aterosklerosis (Gofir, 2009). Baru-baru ini, Heart Protection Study diterbitkan dan
menyatakan bahwa terdapat bukti simvastatin 40 mg/hari dapat mengurangi risiko
stroke pada individu yang berisiko tinggi (termasuk pasien dengan stroke
sebelumnya) sebesar 25% (p <.0001) (Dipiro et all., 2005). Pasien stroke iskemik atau TIA dengan HDL-C yang rendah dapat
dipertimbangkan untuk terapi dengan niacin atau gemfibrozil (Sacco et al., 2006).
Obat penurun kolesterol
dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu a) resin pengikat empedu yang
bekerja dengan cara mengikat asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL
dari aliran darah, contoh obat ini adalah kolesteramin dan kolestipal, b)
penghambat sintesis lipoprotein yang bekerja dengan cara mengurangi kecepatan
pembentukan VLDL dan meningkatkan HDL, contoh obat ini adalah niasin, c)
penghambat HMG-KoA reduktase atau golongan statin yang bekerja dengan cara menghambat
secara kompetitif enzim HMG-KoA reduktase, contoh obat ini adalah fluvastatin, lovastatin,
pravastatin, simvastatin, dan atorvastatin, yang terakhir d) derivat asam
fibrat yang bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase, contoh
obat ini adalah siprofibrat, simfibrat, bezafibrat, klofibrat, fenofibrat, dan
gemfibrosil (Syarif et al., 2003).
No comments:
Post a Comment