Berikut ini merupakan pengertian dan contoh informasi obat dan sumber informasi obat. Semoga bermanfaat ya! ^_^
Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi dan penggunaan terapi dari obat. Informasi obat mencakup, tetapi tidak terbatas pada pengetahuan, seperti nama kimia, struktur dan sifat-sifat, identifikasi, indikasi, diagnosis atau indikasi terapi, ketersediaan hayati, bioekivalen, toksisitas, mekanisme kerja, waktu mulai bekerja dan durasi kerja, dosis dan jadwal pemberian, dosis yang direkomendasikan, konsumsi, absorpsi, metabolism, detoksifikasi, ekskresi, efek samping, reaksi merugikan, kontraindikasi, interaksi, harga, keuntungan, tanda, gejala, dan pengobatan toksisitas, efikasi klinik, data komparatif, data klinik, data penggunaan obat, dan setiap informasilain yang berguna dalam diagnosis, dan pengobatan penderita dengan obat. Informasi obat tidak termasuk bahan iklan, rincian informasi obat dari PFF, kesan klinik, pelaporan, seperti jenis “kesaksian”, pengendalian inventarisasi, atau informasi pembelian (Siregar dan Lia, 2003).
Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi dan penggunaan terapi dari obat. Informasi obat mencakup, tetapi tidak terbatas pada pengetahuan, seperti nama kimia, struktur dan sifat-sifat, identifikasi, indikasi, diagnosis atau indikasi terapi, ketersediaan hayati, bioekivalen, toksisitas, mekanisme kerja, waktu mulai bekerja dan durasi kerja, dosis dan jadwal pemberian, dosis yang direkomendasikan, konsumsi, absorpsi, metabolism, detoksifikasi, ekskresi, efek samping, reaksi merugikan, kontraindikasi, interaksi, harga, keuntungan, tanda, gejala, dan pengobatan toksisitas, efikasi klinik, data komparatif, data klinik, data penggunaan obat, dan setiap informasilain yang berguna dalam diagnosis, dan pengobatan penderita dengan obat. Informasi obat tidak termasuk bahan iklan, rincian informasi obat dari PFF, kesan klinik, pelaporan, seperti jenis “kesaksian”, pengendalian inventarisasi, atau informasi pembelian (Siregar dan Lia, 2003).
Sumber
informasi obat mencakup dokumen, fasilitas, lembaga, dan manusia. Dokumen
mencakup pustaka farmasi dan kedokteran, terdiri atas majalaj ilmiah, buku
teks, laporan penelitian, dan farmakope. Fasilitas mencakup fasilitas ruangan,
peralatan, computer, internet, perpustakaan dan lain-lain. Lembaga mencakup
industri farmasi, Badan POM, pusat informasi obat, pendidikan tinggi farmasi,
organisasi profesi dokter dan apoteker. Manusia mencakup dokter, dokter gigi,
perawat, apoteker, dan profesional kesehatan lainnya di rumah sakit. Apoteker
yang mengadakan pelayanan informasi obat harus mempelajari juga cara terbaik
menggunakan berbagai sumber tersebut. Pustaka obat digolongkan dalam empat
kategori, yaitu 1) pustaka primer, 2) pustaka sekunder, 3) pustaka tersier, dan
4) sumber lain (Siregar dan Lia, 2003).
Sumber
pustaka primer adalah artikel orisinil yang dipublikasikan atau yang tidak
dipublikasikan penulis atau peneliti, yang memperkenalkan pengetahuan baru atau
peningkatan pengetahuan yang telah ada tentang suatu persoalan. Sumber pustaka
primer ini termasuk hasil penelitian, laporan kasus, juga studi evaluatif, dan
laporan deskriptif. Pustaka primer memberikan dasar untuk pustaka sekunder dan
tersier. Artikel dalam majalah ilmiah adalah yang paling sering disebut sebagai
contoh sumber pustaka primer, walaupun semua artikel dalam majalah ilmiah bukan
merupakan sumber pustaka primer. Contoh pustaka primer lain termasuk prosiding seminar, buku catatan
laboratorium, korespondensi, seperti surat dan memo, tesis, disertasi, dan
laporan teknis (Siregar dan Lia, 2003).
Sumber
pustaka primer memberikan informasi paling mutakhir tentang pokok tertentu pada
waktu tertentu karena karya itu merupakan refleksi pengamatan penulis saja,
hasilnya tidak diinterpretasikan. Keterbatasan utama dari sumber pustaka primer
adalah ketidakpraktisan. Dalam pustaka primer, seseorang tidak dapat secara
efisien mencari informasi khusus, kecuali orang itu memiliki pengetahuan yang
dalam tentang organisasi dan jenis pustaka. Dalam banyak situasi, apoteker
harus menelusur kembali pustaka primer untuk menjawab suatu pertanyaan spesifik
penderita. Kemampuan dalam hal penelusuran kembali dan interpretasi pustaka
primer memerlukan pengalaman melalui praktik yang terus-menerus. Satu cara agar
apoteker terbuka kepada pustaka primer adalah membaca sendiri. Semua apoteker
harus memenuhi suatu komitmen profesional, yaitu tetap mutakhir. Salah satu
mekanisme untuk untuk mencapai hal tersebut adalah membaca majalah ilmiah
secara tetap. Ada dua contoh pertanyaan informasi obat tertentu yang sering
timbul di rumah sakit, yaitu tentang penggunaan obat baru dari obat yang
dipasarkan atau obat yang baru-baru ini dilaporkan menimbulkan efek merugikan.
Penggunaan pustaka primer sering kali
perlu untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut (Siregar dan Lia, 2003). Contoh
beberapa sumber informasi primer: Annals of Pharmacotherapy, British Medical
Journal, Journal of American Medical Association (JAMA), Journal
of Pediatrics, New England Journal of Medicine (Siregar dan Endang, 2006).
Pustaka sekunder memuat berbagi abstrak, yang
merupakan sistem penelusuran kembali untuk pustaka primer dan digunakan untuk
menemukan artikel pustaka primer. Informasi yang diperoleh dari pustaka
sekunder tersendiri jarang digunakan untuk keputusan klinik. Dengan pustaka
sekunder, memungkinkan paoteker memasuki multi sumber informasi secara cepat
dan efisien. Informasi dalam pustaka sekunder dikatagorikan atau diindekskan
dan diabstrak dari sumber pustaka primer. Dalam tahun-tahun akhir ini, sumber
ini terutama telah dapat diperoleh melalui penelusuran komputer. Sumber
informasi sekunder adalah rumit dan sering memerlukan pelatihan tambahan untuk
penggunaannya (Siregar dan Lia, 2003). Contoh beberapa sumber informasi sekunder:
Inpharma, International Pharmaceutical Abstract (IPA),
Medline, Pharmline (Kurniawan dan Chabib, 2010).
Pustaka tersier biasanya dikaitkan dengan buku teks
atau acuan umum. Sumber ini menyoroti data yang diterima secara luas dari
pustaka primer; mengevaluasi informasi ini dan menerbitkan hasilnya. Sumber
pustaka tersier termasuk buku teks atau “data base”, kajian artikel, kompendia,
dan pedoman praktis. Sumber pustaka tersier adalah acuan pustaka yang paling
umum digunakan, mudah dimasuki, dan biasanya dapat memenuhi kebanyakan
permintaan informasi obat spesifik penderita. Lagipula, sumber tersier
memberikan informasi yang disusun dan dievaluasi dari acuan pustaka yang banyak
dan dinyatakan dalam suatu cara yang praktis. Karena banyak ahli memberi kontribusi
pada sumber ini, penggunaan dan interpretasi informasi diperkaya (Siregar dan
Lia, 2003).
Keterbatasan
utama dari pustaka tersier adalah ketinggalan waktu beberapa bulan bahkan
sampai mungkin beberapa tahun. Apabila informasi atau pandangan paling mutakhir
dibutuhkan, diperlukan sumber pustaka sekunder dan primer. Seoran penulis
mempunyai hak prerogative untuk memasukkan atau mengeluarkan informasi sehingga
tidak semua bagian dari pustaka primer perlu menjadi bagian dari pustaka
tersier. Informasi dalam sumber pustaka tersier mencerminkan pandangan dari
penulis yang dapat menghasilkan salah interpretasi dari pustaka primer, dan
melalui ketidaksetujuan (Siregar dan Lia, 2003). Contoh beberapa sumber
informasi tersier: Textbook of Advers
Reactions, Drug Information full text, Handbook of Clinical Drug Data, Drug
Facts and Comparison, dan AHFS DI (Siregar
dan Endang, 2006).
Pada
umumnya, sumber pustaka primer mengandung informasi yang paling mutakhir,
sedang pustaka sekunder dan tersier karena mengandung abstrak dan acuan dari
sumber primer, mempunyai informasi yang kurang mutakhir. Sumber pustaka
sekunder dan tersier, kemungkinan kurang akurat atau kurang dapat dipercaya
karena informasi dalam kedua sumber tersebut dibuat melalui transformasi oleh
berbagai penulis dan / atau penerbit, guna mencapai format yang diperlukan
(Siregar dan Lia, 2003).
Sumber
informasi lain mencakup sumber yang tidak termasuk kategori pustaka primer,
sekunder, atau tersier; misalnya, komunikasi dengan tenaga ahli, manufaktur, dan
brosur penelitian. Komunikasi tenaga ahli terdiri atas informasi yang tidak
dipublikasikan yang diperoleh khusus dari seorang tenaga ahli. Komunikasi ini
dapat merupakan suatu pendapat didasarkan pada pengalaman tenaga ahli tersebut
atau berdasarkan data dari suatu studi evaluatif pendahuluan yang
dipublikasikan (Siregar dan Lia, 2003).
Brosur
penelitili, kadang-kadang berhubungan dengan suatu monografi penelitian, adalah
informasi tentang obat investigasi. Industri farmasi tidak diperkenankan
memberikan informasi umum tentang obat investigasi, tetapi mereka dapat
memberikan monografi tentang zat aktif individu kepada peneliti yang melakukan
penelitian tentang zat itu. Brosur ini mengandung sejumlah besar informasi
tentang produk mencakup farmakologi, farmakokinetik, efek klinis yang
diketahui, kejadian merugikan yang diketahui, dosis yang direkomendasikan,
prosedur pemberian, persyaratan
penyimpanan, stabilitas dan pustaka (Siregar dan Endang, 2006).
Ingin tahu tentang vitamin K, buka saja All about Vitamin Kdan untuk obat batuk, bisa dilihat di zat-aktif-yang-berperan-sebagai-obat-batuk
Ingin tahu tentang vitamin K, buka saja All about Vitamin Kdan untuk obat batuk, bisa dilihat di zat-aktif-yang-berperan-sebagai-obat-batuk
No comments:
Post a Comment