3.2.1
Oralit
v
Komposisi
oralit 200
Glukosa
anhidrat 4 g
Natrium
klorida 0,7 g
Natrium
sitrat hidrat 0,58 g
Kalium
klorida 0,3 g
Serbuk
dilarutkan dalam 200 ml atau 1 (satu)
gelas air matang hangat.
(Pramudianto dkk, 2009; Sukandar dkk., 2009;
ISFI,
2010)
v
Indikasi
Pengganti elektrolit dan cairan tubuh pada pasien
dengan dehidrasi, yang terutama berhubungan dengan diare akut dengan berbagai
sebab (Sweetman, 2009).
v
Kontra
Indikasi
Tidak
diberikan pada pasien dengan obstruksi gastrointestinal, oliguria (berkurangnya
volume urin), dan anuria (tidak adanya produksi urin) (Sweetman, 2009).
v
Efek
Samping
Muntah
dapat terjadi setelah pemberian oralit dan mungkin ini merupakan indikasi bahwa
oralit diberikan terlalu cepat. Jika terjadi muntah, pemberian dihentikan 10
menit kemudian diberikan dalam dosis yang lebih kecil dan sering. Overdosis
dari oralit pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan hypernataraemia dan hyperkalaemia (Sweetman, 2009).
v
Dosis
Sesuai keadaan (berat badan dan tingkat keparahan
kondisi).
§ Untuk
dewasa 200-400 ml setiap habis buang air besar.
§ Untuk
anak-anak 200 ml setiap habis buang air besar.
(Sweetman, 2009).
3.2.2
Lacto-B®
v
Komposisi
Lactobacillus
acidop hilus bifidobacterium longun
Steptococcus
faeeium 1 x 107 CFU/g.
Vitamin
C 10 mg
Vitamin
B 0,5 mg
Vitamin
B2 0,5 mg
Vitamin
B5 0,5 mg
Niacin
2 mg
Protein
0,02 mg
Fat 0,1 g/ sachet
(Pramudianto dkk, 2009; Sukandar dkk., 2009;
ISFI,
2010)
v
Indikasi
Mengurangi frekuensi feses dan durasi penyakit pada
anak dengan diare infeksi akut (Sweetman, 2009). Pengobatan diare dan
pencegahan intoleransi laktosa (Pramudianto
dkk., 2009; Sukandar
dkk.,2009).
v
Dosis
§ Anak 1-6 tahun : 3
sachet/ hari (Pramudianto dkk, 2009; ISFI, 2010)
§ Dewasa : 1 sachet 3-4 kali sehari (Wells,
Barbara G. et al, 2009)
v
Informasi
khusus :
Dapat diberikan bersamaan dengan makanan bayi, dan
susu formula (Pramudianto, 2009 ; Sukandar dkk.,2009). Dapat pula diberikan
bersama susu, jus, ataupun air (Wells, Barbara G. et al, 2009).
3.2.3 Zink
Zink
merupakan unsur penting dari nutrisi dan berada dalam
berbagai macam makanan. Zink
merupakan konstituen dari banyak sistem
enzim dan ada di semua jaringan.
Kekurangan zink dapat menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan dan kerusakan dari pembelahan
jaringan secara cepat seperti kulit,
sistem kekebalan tubuh, dan mukosa
usus (Sweetman, 2009).
Diare kronis
bisa menjadi tanda kekurangan zink. Diare dapat menyebabkan kehilangan zink dan kekurangan zink dapat terjadi ketika makanan yang
mengandung zink tidak memadai. Suplemen
zink telah terbukti mengurangi timbulnya
intensitas atau durasi diare akut pada anak di negara berkembang, efek
menguntungkan dari suplemen zink juga telah terlihat
untuk diare persisten. Sebuah laporan dari WHO menyimpulkan bahwa pemberian suplemen zink pada dosis sekitar 10 sampai 20 mg sehari selama 14
hari merupakan cara yang manjur
dalam mengurangi secara
signifikan keparahan dan durasi
diare, jenis dari garam zink tidak mempengaruhi kemanjuran, meskipun formulasi
terbaik harus ditentukan untuk mengurangi dampak seperti mual. Sebuah laporan lebih lanjut menyimpulkan
bahwa ada cukup bukti
untuk merekomendasikan dimasukkannya
zink sebagai terapi penunjang untuk
oralit dalam pengelolaan standar diare akut disentri
dan non-disentri (Sweetman, 2009).
v
Indikasi
Zink
dalam bentuk garamnya digunakan sebagai suplemen
untuk mengobati kekurangan zink,
misalnya, dalam sindrom malabsorpsi,
selama pemberian makanan dengan cara parenteral,
dalam kondisi trauma, luka bakar, kehilangan protein dan dalam acrodermatitis enteropathica (kelainan
genetik langka yang ditandai dengan
defisiensi zink berat).
Digunakan pula dalam penanganan diare, pneumonia, keterlambatan pertumbuhan,
kehamilan, gangguan pengecapan, dan defisiensi vitamin A (Sweetman, 2009).
v
Efek
samping
Efek yang paling sering ditimbulkan dari penggunaan garam zink (glukonat dan
sulfat) yang diberikan secara oral adalah pada gastrointestinal seperti sakit
perut, dispepsia, mual, muntah, diare, iritasi lambung, dan gastritis. Ini
sangat umum jika garam zink yang diberikan pada keadaan perut kosong. Efek ini
dapat dikurangi dengan menggunakan zink bersama dengan makanan. Dalam keadaan
overdosis akut, garam zink bersifat korosif karena pembentukan klorida zink dengan
asam lambung, pengobatan terdiri dari memberikan susu atau alkali karbonat dan arang
aktif, dihindari penggunaan perangsang muntah. Penggunaan dosis tinggi suplemen
zink secara berkepanjangan, secara langsung atau parenteral, menyebabkan
defisiensi tembaga dengan terkait sideroblastic
anemia dan neutropenia (Sweetman, 2009).
v
Mekanisme
obat
Digunakan untuk
pertumbuhan normal dan memperbaiki
jaringan; kofaktor untuk lebih
dari 70 enzim yang
penting untuk metabolisme karbohidrat
dan protein, membantu untuk menjaga pertumbuhan dan jaringan yang normal, hidrasi kulit normal, dan indra pengecap dan penciuman;
pada penyakit Wilson, kation zink menghambat penyerapan
tembaga dari makanan dengan menginduksi sintesis metallothionein,
protein pengikat logam ada dalam mukosa usus yang dapat mengikat logam, termasuk tembaga, membentuk senyawa beracun yang tidak diserap secara
sistematis tetapi diekskresikan
dalam tinja; astringen mata dan zat antiseptik
lemah akibat pengendapan protein dan pembersihan lendir dari permukaan luar mata (Lacy et al, 2004).
v Dosis
RDA:
Bayi < 12 bulan :
5 mg zink/ hari
Anak-anak 1-10 tahun : 10 mg zink/hari
Dewasa: Laki-laki :15 mg zink/hari
Perempuan :
12 mg zink/hari
(Lacy et al, 2004)
Diare
pada anak-anak 10 sampai 20 mg sehari selama 14 hari (Sweetman, 2009).
v
Interaksi
obat
Penyerapan
zink dapat berkurang dengan adanya suplemen zat besi, penisilamin, fosfor, dan
tetrasiklin. Suplemen zink mengurangi penyerapan tembaga, fluoroquinolones, besi, penisilamin, dan tetrasiklin (Sweetman,
2009).
v
Farmakokinetik/
Farmakodinamik
Penyerapan
zink pada saluran pencernaan tidak lengkap dan berkurang dengan adanya beberapa
konstituen seperti phytates. Phytates hadir dalam sereal, jagung,
kacang, dan beras, menghambat penyerapan zink. Protein hewani dalam daging
sapi, telur, dan keju melawan efek penghambatan phytates, sedangkan kasein dalam susu mengurangi penyerapan zink.
Protein juga sering mengandung unsur lain seperti anorganik fosfat yang negatif
dapat mempengaruhi absorpsi. Bioavailabilitas zink disebutkan bervariasi antara
sumber yang berbeda, tetapi dinyatakan berkisar 20-30%. Zink didistribusikan ke
seluruh tubuh dengan konsentrasi tertinggi ditemukan di otot, tulang, kulit,
mata, dan cairan prostat. Zink terutama diekskresikan dalam kotoran, dan
pengaturan kehilangan feses adalah penting dalam homoeostasis zink. Sejumlah
kecil zink hilang dalam urin dan keringat (Sweetman, 2009).
v
Kontraindikasi
Pasien
yang hipersensitif terhadap garam zink dan komponen lainnya (Lacy et al, 2004)
v
Ketersediaan
bentuk sediaan
Lozenge,
kapsul, tablet, injeksi, sirup, gum (Lacy et al,
2004).
v
Informasi
pasien
Gunakan sesuai petunjuk,
jangan gunakan lebih dari yang direkomendasikan.
Gunakan bersama makanan, namun hindari makanan tinggi kalsium,
fosfor, atau phytate. Hentikan penggunaan obat jika mengalami
mual dan muntah atau
gangguan pencernaan akut, memar
atau mudah perdarahan, pusing terus-menerus,
atau kesulitan pernafasan yang tidak biasa (Lacy et al,
2004).
No comments:
Post a Comment