Terapi farmakologis
Meskipun alergen avoidance merupakan upaya utama dalam penanganan RA, tetapi
dalam praktek tidak mudah untuk dilaksanakan sehingga terapi yang popular
adalah farmakoterapi, yakni pengobatan dengan medikamentosa. Medikamentosa yang
sangat dibutuhkan penderita adalah medikamentosa yang dapat mengurangi gejala
(terapi simtomatik) dan bekerja cepat (Lumbanraja, 2007).
Farmakoterapi memiliki peran penting
dalam menangani gejala rinitis alergi. Kortikosteroid intranasal, antihistamin
dan dekongestan sistemik dan topikal, stabilisator sel mast, dan imunoterapi
bermanfaat dalam mengobati gejala dari rinitis alergi. Antihistamin dan
kortikosteroid intranasal dianggap sebagai terapi lini pertama untuk rinitis
alergi, sedangkan dekongestan, stabilisator mastosit, leukotriene modifiers, dan kortikosteroid sistemik merupakan
pilihan terapi sekunder. Ketika paparan alergen dapat diprediksi, maka obat
harus digunakan secara profilaksis untuk memaksimalkan efektivitas (Burns
et al., 2008).
Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa hal antara lain:
1.
Obat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang.
2.
Tidak menimbulkan takifilaksis.
3.
Beberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. Meskipun
demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain.
4.
Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan
adanya efek samping sistemik.
(Raudhah dan Alfred, 2009)
Jenis obat yang sering digunakan (untuk Anak):
1. Kromolin,
obat semprot mengandung kromolin 5,2 mg/dosis diberikan 3-4 kali/hari.
2. Setirizin,
dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun: 2,5 mg/dosis, 1 kali/hari;
> 6 tahun : 5-10 mg/dosis, 1 kali/hari.
3.
Loratadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun: 2,5 mg/dosis,1
kali/hari; > 6 tahun : 10 mg/dosis, 1 kali/hari.
4.
Feksofenadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 6-11 tahun: 30 mg/hari,
2 kali/hari; > 12 tahun : 60 mg/hari, 2 kali/hari atau 180mg/hari, 4
kali/hari.
5.
Azelastine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 5-11 tahun : 1 semprotan 2
kali/hari; > 12 tahun : 2 semprotan, 2 kali/hari.
6.
Pseudoephedrine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-6 tahun : 15
mg/hari, 4 kali/hari; 6-12 tahun : 30mg/hari, 4 kali/hari; > 12 tahun : 60
mg/hari 4 kali/hari. Ipratropium bromide 0.03% 2 semprotan, 2-3 kali/hari.
7.
Kortikosteroid intranasal
Digunakan pada pasien
yang memiliki gejala yang lebih persisten dan lebih parah. Efektif untuk semua
gejala dengan inflamasi eosinofilik.
· Fluticasone
intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia > 4 tahun: 1-2
semprotan/dosis, 1 kali/hari.
· Mometasone
intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia 3-11 tahun: 1
semprotan/dosis, 1 kali/hari; usia > 11 tahun : 2 semprotan/dosis, 1
kali/hari.
· Budesonide
intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia > 6 tahun: 1-2
semprotan/dosis, 1 kali/hari. Budesonide mempunyai bioavaibilitas yang rendah
dan keamanannya lebih baik.
8.
Leukotrien antagonis
· Zafirlukast
yang diberikan pada anak sebesar 20 mg/dosis 2 kali/24jam.
(Raudhah dan Alfred, 2009).
No comments:
Post a Comment