Saturday, June 22, 2013

Terapi Farmakologi Rhinitis Alergi



Terapi farmakologis
Meskipun alergen avoidance merupakan upaya utama dalam penanganan RA, tetapi dalam praktek tidak mudah untuk dilaksanakan sehingga terapi yang popular adalah farmakoterapi, yakni pengobatan dengan medikamentosa. Medikamentosa yang sangat dibutuhkan penderita adalah medikamentosa yang dapat mengurangi gejala (terapi simtomatik) dan bekerja cepat (Lumbanraja, 2007).
Farmakoterapi memiliki peran penting dalam menangani gejala rinitis alergi. Kortikosteroid intranasal, antihistamin dan dekongestan sistemik dan topikal, stabilisator sel mast, dan imunoterapi bermanfaat dalam mengobati gejala dari rinitis alergi. Antihistamin dan kortikosteroid intranasal dianggap sebagai terapi lini pertama untuk rinitis alergi, sedangkan dekongestan, stabilisator mastosit, leukotriene modifiers, dan kortikosteroid sistemik merupakan pilihan terapi sekunder. Ketika paparan alergen dapat diprediksi, maka obat harus digunakan secara profilaksis untuk memaksimalkan efektivitas (Burns et al., 2008).
Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain:
1. Obat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang.
2. Tidak menimbulkan takifilaksis.
3. Beberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. Meskipun demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain.
4. Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan adanya efek samping sistemik.
(Raudhah dan Alfred, 2009)


Jenis obat yang sering digunakan (untuk Anak):
1.   Kromolin, obat semprot mengandung kromolin 5,2 mg/dosis diberikan 3-4 kali/hari.
2.   Setirizin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun: 2,5 mg/dosis, 1 kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis, 1 kali/hari.
3. Loratadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun: 2,5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 10 mg/dosis, 1 kali/hari.
4. Feksofenadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 6-11 tahun: 30 mg/hari, 2 kali/hari; > 12 tahun : 60 mg/hari, 2 kali/hari atau 180mg/hari, 4 kali/hari.
5. Azelastine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 5-11 tahun : 1 semprotan 2 kali/hari; > 12 tahun : 2 semprotan, 2 kali/hari.
6. Pseudoephedrine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-6 tahun : 15 mg/hari, 4 kali/hari; 6-12 tahun : 30mg/hari, 4 kali/hari; > 12 tahun : 60 mg/hari 4 kali/hari. Ipratropium bromide 0.03% 2 semprotan, 2-3 kali/hari.
7. Kortikosteroid intranasal
Digunakan pada pasien yang memiliki gejala yang lebih persisten dan lebih parah. Efektif untuk semua gejala dengan inflamasi eosinofilik.
·   Fluticasone intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia > 4 tahun: 1-2 semprotan/dosis, 1 kali/hari.
·   Mometasone intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia 3-11 tahun: 1 semprotan/dosis, 1 kali/hari; usia > 11 tahun : 2 semprotan/dosis, 1 kali/hari.
·   Budesonide intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia > 6 tahun: 1-2 semprotan/dosis, 1 kali/hari. Budesonide mempunyai bioavaibilitas yang rendah dan keamanannya lebih baik.
8. Leukotrien antagonis
·   Zafirlukast yang diberikan pada anak sebesar 20 mg/dosis 2 kali/24jam.
(Raudhah dan Alfred, 2009).

No comments:

Post a Comment