Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa - cetak
berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat
pembasah atau zat lain yang cocok. (Depkes RI, 1979).
Menurut Syamsuni (2006), penggolongan obat dapat dibedakan
berdasarkan atas :
1.
Berdasarkan metode pembuatan
Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua
jenis tablet, yaitu tablet cetak dan tablet kempa.
a.
Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi
yang umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan.
Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi. Kadar etanol tergantung
pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut, serta derajat
kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk tablet yang lembab ditekan
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan
dibiarkan kering.
b.
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa
mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan,
tetapi dapat juga mengandung bahan pewrna dan lak (pewarna yang diabsorpsikan pada
aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma, dan
bahan pemanis.
2.
Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh
Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh, tablet dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Bekerja
lokal
Misalnya tablet isap
untuk pengobatan pada rongga mulut, ovula untuk pengobatan pada infeksi di
vagina.
b. Bekerja
sistemik
Misalnya per oral.
Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :
-
Short acting (Jangka pendek) : dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan
obat
- Long acting (jangka panjang) : dalam satu hari cukup
menelan satu tablet.
3.
Berdasarkan jenis bahan penyalut
Berdasarkan jenis bahan penyalut, tablet dapat dibedakan
menjadi:
a.
Tablet salut biasa / salut gula (dragee), disalut dengan gula dari suspensi
dalam air mengandung serbuk yang tidak larut, seperti pati, kalsium karbonat,
talk, atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
b.
Tablet salut selaput (film-coated tablet), disalut dengan hidroksi propil metil
selulosa, metil selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran
selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung
air.
c.
Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok.
Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak lagi bersama granulat kelompok
lain sehingga terbentuk tablet berlapis.
d.
Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau lepas tunda, yakni jika obat
dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat
mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan
untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
e.
Tablet lepas lambat, atau tablet dengan efek diperpanjang, yang dibuat
sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka waktu
tertentu setelah obat diberikan.
4.
Berdasarkan Cara Pemakaian
Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi:
a. Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa
penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di lambung.
b. Tablet kunyah. Bentuknya seperti tablet biasa,
cara pakainya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit.
c. Tablet
isap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah sediaan padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang
membuat tablet melarut atau hancur perlahanlahan dalam mulut.
d. Tablet larut (effervescent
tablet). Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin.
e. Tablet implant (pelet). Tablet
kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi hormon steroid, dimasukkan ke
bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, dan
kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan.
f. Tablet hipodermik (hypodermic
tablet). Tablet steril, umumnya berbobot 30 mg, larut dalam air, digunakan
dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara aseptik dan disuntikkan
di bawah kulit (subkutan).
g. Tablet bukal (buccal tablet),
digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara pipi dan gusi, sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
h. Tablet sublingual,
digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah sehingga zat aktif
secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral.
i. Tablet vagina
(ovula).
No comments:
Post a Comment