I.
Tujuan Praktikum
Mengetahui kadar albumin dalam serum dengan metode biuret
II.
Metode
Penetapan total protein dalam serum dilakukan dengan
memisahkan albumin terlebih dahulu dari serum dengan menggunakan natrium sulfit
25% dan ether. Setelah dipusingkan diambil larutan bagian bawah yang mengandung
albumin kemudian ditambahkan pereaksi biuret dimana di dalam pereaksi biuret
terkandung K-Na-Tartrat, CuSO4 dan NaOH yang akan menghasilkan
senyawa kompleks berwarna ungu. Warna ungu dari kompleks inilah yang akan
diukur serapan cahayanya dengan spektrofotometer dimana kepekatan warna ungu
akan menunjukkan konsentrasi protein dalam sampel.
III.
Prinsip
Prinsip penetapan kadar albumin dalam serum dengan metode
Biuret adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari albumin
yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah
protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam
suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka
semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum tersebut.
IV.
Dasar Teori
Protein
berasal dari kata Yunani kuno proteos yang artinya “yang utama”. Dari asal kata
ini dapat diambil kesimpulan bagaimana pentingnya protein dalam kehidupan.
Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50% dari berat keringnya dan
berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energi,
penyangga racun, pengatur pH, dan bakan sebagai pembawa sifat turunan dari
generasi ke generasi (Girindra, 1993).
Protein
merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi. Protein sederhana hanya
mengandung asam-asam amino. Protein kompleks mengandung bahan tambahan bukan
asam amino, seperti derivat vitamin, lipid atau karbohidrat. Protein berperan
pokok dalam fungsi sel. Analisis terhadap protein dan enzim darah tertentu
digunakan secara luas untuk tujuan diagnostik (Harper, 1995).
Protein
yang akan digunakan adalah plasma, dimana protein plasma yang beredar di dalam
tubuh adalah albumin, globulin, fibrinogendan terdapat sejumlah kecil dalam
enzim, protein struktural dan metabolisme. Fungsi protein plasma adalah
keseimbangan osmotic, pembentukan dan nutrisi jaringan, transportasi, dan daya
tahan tubuh
Albumin
dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip dari metode biuret ini
adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan
penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005).
Reaksi
biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa larutan)
dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini
positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida (Harrow, 1954).
Penyerapan
cahaya oleh protein disebabkan oleh ikatan peptida residu ritosil, triptofonil,
dan fenilalanin. Juga turut dipengaruhi oleh gugus-gugus non-protein yang
mempunyai sifat menyerap cahaya. Penyerapan maksimum albumin serum manusia
terlihat pada panjang gelombang kira-kira 230 nm (peptida) dan dengan puncak
lebar pada 280 nm karena serapan residu-residu asam amino aromatik. Spektrum
absorbansi suatu larutan protein berfariasi tergantung pada pH dan sesuai
denagn ionisasi residu sama amino (Montgomery, 1993).
Kerugian
dari metode ini adalah hasil penetapannya tidak murni menunjukkan kadar protein,
melainkan bisa saja kadar senyawa yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus
sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu, waktu penetapan yang
dipergunakan juga lama, sehingga sering kali kurang effektif (Lehninger, 1982).
V.
Alat dan Bahan
a. Alat
§
Tabung
reaksi
§
Rak
tabung reaksi
§
Pipet
tetes
§
Pipet
mikro
§
Sentrifugator
§
Spektrofotometer
UV-Vis
b. Bahan
§
Larutan
Natrium Sulfit 25%
§
Serum/plasma
§
Ether
§
Pereaksi
Biuret
§
Aquadest
VI.
Cara Kerja
1.
Disiapkan
tabung reaksi yang telah diisi 2 mL larutan Natrium Sulfit 25%
2.
Ke
dalam tabung tersebut dipipetkan 0,2 mL serum/plasma, 2 mL ether dan dicampur
3.
Tabung
dipusingkan dengan sentrifugator
4.
Selanjutnya
ether dan larutan protein (larutan bagian atas terdiri dari protein dan ether)
dikeluarkan dengan penghisap
5.
Tabung
dimiringkan lalu cairan bagian atas diambil dengan pipet mikro melalui dinding
tabung.
6.
Larutan
yang tersisa adalah larutan yang mengandung albumin (larutan ini yang kemudian
akan dimasukkan ke dalam tabung reaksi tes).
7.
Disiapkan
3 tabung reaksi dan masing-masing diberi label larutan test, larutan standar
dan blanko kemudian dimasukkan campuran seperti pada tabel di bawah ini:
|
Tes
|
Standar
|
Blanko
|
Pereaksi Biuret, mL
|
1,0
|
1,0
|
1,0
|
Larutan albumin, mL
|
1,0
|
-
|
-
|
Standar, mL
|
-
|
1,0
|
-
|
Aquadest, mL
|
-
|
-
|
1,0
|
8.
Campuran
tersebut ditangguhkan selama 14-30 menit, lalu dibaca dalam spektrofotometer
pada panjang gelombang 540-546
9.
Rentang
normal untuk kadar albumin dalam serum adalah 0,5-1,2 gram/dL
VII.
Hasil
·
Absorbansi
standar dari panjang gelombang 540-546 nm :
Tabung
|
Absorbansi
|
Standar
|
0,812
|
Tes (uji Ari Pramita)
|
0,156
|
·
Perhitungan
: Dt/ Dst x kadar albumin standar
Kadar
albumin = 

= 

= 0,7685
g
VIII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan penetapan kadar albumin
dengan metode Biuret dengan menggunakan spektrofotometer. Dimana prinsip dari
metode ini adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein
yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah
protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam
suasana basa. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka
semakin tinggi pula kandungan albumin yang terdapat di dalam serum tersebut.
Dalam pereaksi biuret terkandung 3 macam reagen yaitu
reagen yang pertama adalah CuSO4 dalam aquadest dimana reagen ini
berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya akan membentuk
kompleks dengan protein. Reagen yang kedua adalah K-Na-Tartrat yang berfungsi
untuk mencegah terjadinya reduksi pada Cu2+ sehingga tidak
mengendap. Reagen yang ketiga adalah NaOH dimana fungsinya adalah membuat
suasana basa. Suasana basa akan membantu pembentukan Cu(OH)2 yang
nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH-.
Pada tabung dimasukkan Natrium slfit 25% sebnyak 2 mL ini
kemudian dimasukkan sampel plasma 0,2 mL dan 2 mL kemudian dikocok kuat.
Penambahan natrium sulfit dan ether ini adalah berguna untuk memisahkan antara
albumin dengan protein plasma lainnya seperti globulin, fibrinogen dan
lain-lain. Selanjutnya didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan cairan, lapisan
atas terdiri dari ether dan protein plasma lainnya. Sedangkan bagian bawah
mengandung albumin sehingga lapisan bagian atas dibuang dan lapisan bagian
bawah kemudian ditambahkan dengan pereaksi biuret dan dikocok.
Pada saat sampel dikocok, jangan sampai menimbulkan buih
karena akan mempengaruhi pengukuran absorbansi. Dan setelah ditetesi pereaksi
biuret, sampel didiamkan selama 14-30 menit. 30 menit ini merupakan operating time yaitu waktu yang
dibutuhkan agar seluruh reaktan/protein bereaksi seluruhnya dengan reagen. Setelah
30 menit, maka sampel diukur absorbansinya dengan alat spektrofotometer dengan
panjang gelombang 540-546 nm. Panjang gelombang 540 nm merupakan panjang
gelombang serapan maksimum untuk warna ungu. Reaksi yang terjadi pada penetapan
kadar protein dengan metode Biuret adalah :




Setelah dilakukan
pengukuran terhadap standar dan tes didapatkan absorbansi larutan standar
adalah 0,812 dan absorbansi larutan test adalah 0,156. Perhitungan kadar albumin
dalam serum dilakukan dengan menggunakan rumus :
Kadar Albumin
total = Dt/ Dst x kadar albumin standar
Sehingga didapatkan hasil kadar albumin dalam serum
adalah 0,7685 gr% atau 0,7685 gr/dL. Kadar ini berada di rentang kadar normal
yaitu 0,5-1,2 gram/dL. Hal ini menunjukkan bahwa kadar albumin dalam plasma
adalah normal
IX.
Kesimpulan
Kadar total albumin
dalam plasma adalah 0,7685 gr% atau 0,7685 gr/dL, kadar ini berada di rentang
normal (0,5-1,2 gram/dL).